Senin, 26 November 2012

MENEMBUS RUANG DAN WAKTU



Telah dimengerti bahwa berfilsafat adalah olah pikir yang bisa berarti olah pikir sendiri, olah pikir bersama-sama, olah pikir bangsa indonesia, olah pikir bangsa-bangsa di dunia, olah pikir memikirkan akhirat atau yang lain. Dalam berfilsafat kita harus menggunakan referensi yaitu pikiran para filsuf. Oleh karena itu, berfilsafat yaitu memikirkan pikiran para filsuf.

Selanjutnya, macam-macam filsafat yang bergantung pada objeknya. Apabila objeknya berkaitan dengan alam maka filsafatnya adalah filsafat alam. Objek yang berkaitan dengan spiritual, maka filsafatnya spiritual atau filsafat ketuhanan. Filsafat juga bergantung pada lokasi objeknya yang kemudian dalam berfilsafat ini dibagi dalam 2 macam, yaitu di dalam dan di luar pikiran.
1)      di dalam pikiran, yaitu ketika kita memejamkan mata. Kita bisa muembayangka enda-benda nyata dalam pikiran kita. Filsafat ini sifatnya ideal yang dbawa oleh Aristoteles, maka aliran filsafatnya adalah idealisme.
2)      di  luar pikiran, artinya benda-benda yang kita pikirkan ada di luar yang bisa diraba dan dilihat dengan indera manusia. Sifatnya yaitu berubah, sesuai dengan aliran yang dibawa oleh Plato. Oleh karena itu filsafat ini menghasilkan filsafat realisme.
Selanjutnya kita mengerti apabila objeknya satu filsafatnya adalah monoism. Jika objeknya dua adalah dualism dan jika objeknya banyak maka filsafatnya adalah pluralism. Jadi, dari macam objek, banyak objek, karakteristik objek itulah yang kemudian memunculkan berbagai macam filsafat.
Segala yang ada dan yang mungkin ada itu sebenarnya membawa rahmat bagi kita jika kita bisa menggaliya, sehingga kita harus bersyukur dan berdoa.
Berkaitan dengan pemikiran tentang menembus ruang dan waktu bahwa sebenarnya pikiran manusia terbatas oleh ruang dan waktu. Berikut akan dibahas tentang “Manembus Ruang dan Waktu.”
Apa yang dimaksud dengan menembus ruang dan waktu? Menembus ruang dan waktu artinya mengalami atau melakukan perubahan. Sebelum membahas lebih dalam tentang menembus ruang dan waktu, kita perlu mengerti bahwa dalam belajar filsafat seharusnya profesional artinya intensif sedalam-dalamnya dan ekstensif seluas-luasnya.
Perlu dimengerti bahwa upaya untuk menembus ruang dan waktu itu berdimensi. Jika ditanya: ”Siapa yang menembus ruang dan waktu”? berarti jawabannya adalah subjeknya. Kemudian jika ditanya, “Siapa? Maka jawabannya bisa dirimu, diriku, atau diri yang lain. Selanjutnya apabila ditanya, “Siapa dirimu?” Maka dalam hal ini kita mempunyai dimensi ruang dan waktu.
Menurut Immanuel Kant, waktu ada 3 macam, yaitu waktu yang berurutan, waktu yang berkelanjutan, dan waktu yang berkesatuan artinya waktu tidak bisa dipisahkan. Dalam teorinya, terdapat dimensi 0,1,2,3, dan seterusnya. Namun, dalam kenyataannya bahwa tempat yang kita tempati saat ini juga disebut ruang. Ruang yang berada di bawah pengaruh pohon dapat disebut ruang sehingga orang mangatakan ruang terbuka, ruang tertutup, ruang kosong, ruang yang penuh, dan lain sebagainya. Kalau kita kembangkan dengan bahasa analog, maka ruang itu adalah pikiranmu. Ruang meliputi yang ada dan yang mungkin ada dan yang ada dan yang mungkin ada itu mempunyai ruangnya masing-masing. Ruang terdiri dari wadah dan isi sehingga segala hal atau objek yang ada dalam pikiran membutuhkan wadah dan isi. Tanpa wadah kita tidak bisa menemukan isi, sebaliknya, tanpa isi kita tidak akan menemukan wadah. Berhubungan dengan ruang dan waktu maka menembus ruang dan waktu meliputi wadah dan isi. Jadi, ruang dan waktu akan selalu berkaitan.
Untuk bisa mengetahui ruang, maka kita harus mengetahui waktu, begitu juga sebaliknya. Untuk mengetahui waktu maka kita harus menggunakan waktu. Kita dapat memahami ruang karena kita mempunyai intuisi. Penggunaan definisi hanya untuk membantu.
Selanjutnya tentang “Siapa dirimu?” Kita mempunyai ruang yang dapat disebut ruang imaginer. Secara hierarki ada 4 ruang yaitu ruang material (bentuk fisik), formal (ditulis secara resmi), normatif (ilmunya), dan spiritual.
Orang yang berilmu adalah orang yang sesuai dengan ruang dan waktu, artinya bisa menempatkan diri kapan dan dimana ia bersikap. Misalnya seseorang yang ber-khutbah. Ia akan menempatkan kapan dan dimana ia ber-khutbah, artinya khutbah ada ruang spiritualnya. Kalau kita akan spiritual maka bentuk materialnya adalah menyucikan karena Tuhan itu suci. Maka sebelum sholat dibersihkan dulu dengan wudhu. Beramal, beribadah, sholat dimaksudkan sebagai alat untuk membersihkan diri karena ternyata perlu membersihkan dosa-dosa juga. Itulah yg dimaksud dengan ruang. Begitu pula dalam bidang politik, ada ruang politik, ruang DPR, ruang PNS, ruang pemerintahan, dan lain-lain. Jadi, yang ada dan yang mungkin ada sebenarnya adalah ruang. 
Kita bisa menciptakan ruang lagi, mencari ruang yang sudah ada, atau menciptakan ruang yang lain. Ruang di bumi, ruang di akhirat, ruang dimensi 0, ruang dimensi1, ruang dimensi 2 dan sebagainya. Selanjutnya, “Bagaimana memahami ruang dimensi 0, rung dimensi 1?” Hanya orang dewasa , orang terdidik yang mampu memahami. Anak-anak tidak akan mampu memahami karena untuk memahami sesuatu, anak-anak tidak menggunakan cara intuisi tetapi sudah menggunakan bentuk-bentuk formal. Ia mengerti ruang dimensi 1 karena ia mempunyai ruang dimensi 2. Ia mengerti ruang dimensi 2 karena ia mempunyai ruang dimensi 3. Secara umum, orang mengatakan ruang dimensi 3 sebagai bangun ruang, sedangkan ruang dimensi 2 dikatakan sebagai benda datar. Dengan demikian, kita bisa membayangkan seperti apa ruang dimensi 2 maupun ruang dimensi 3.  Bagi orang matematika akan sangat mudah membuat ruang dimensi –n, tapi bagi orang awam akan sulit membayangkan seperti apa ruang dimensi-n.
Jika diekstensikan lagi dengan bahasa analog, kita mempunyai ruang yaitu ruangnya kaum kapitalis dan juga ruangnya powernow. Secara hierarkis, terdiri dari ruang arkaikh, ruang tribal, ruang tradisional, ruang feodal, ruang modern, ruang postmodern,pospos modern/ruang kapitalism/ power now. Kita harus mampu menempatkan diri dalam ruang dan waktu. Itulah pentingnya sopan dan santun terhadap ruang karena sopan dan santun terhadap sesuatu artinya kita peduli terhadap ruang dan waktu terhadap diri kita. Itulah sebabnya orang yang berilmu yaitu orang yang sopan dan santun terhadap ilmu. Jadi, orang yang berilmu matematika,yaitu orang yang sopan dan santun terhadap yang ada dan yang mungkin ada di dalam pendidikan matematika. Santun berarti mengerti, menghayati, mengamalkan, mengimplementasikan dan juga merefleksikan.
Dalam berfilsafat, kita berada dalam sistim yaitu dalam menempatkan spiritual di tempat yang tertinggi. Namun di sisi lain, kita menghadapi globalisasi yang tak lain adalah Powernow/Kapitalism (segala sesuatu diukur dari laju ekonomi), Utilitarian (diukur dari sisi manfaat tetapi sayangnya utilitarian ini parsial sehingga bermanfaat hanya pada satu sisi), Pragmatism (instan/budaya cepat),  Hedonism (memilah-milah dan orang hanya mengejar rasa senang sehingga lupa dengan norma-norma agama). Agar kita terhindar dari hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan merugikan diri kita, maka penting bagi kita untuk hidup beragama.
Dalam kehidupan kita tidak bisa lepas dari powernow. Kerja dari powernow termasuk juga peran teknologi yang menjalar di berbagai segi kehidupan. Ibarat siang dan malam, kita tidak bisa memisahkan karena kita tidak mengerti batas atara malam dan siang. Siang bisa dikatakan malam yang terlalu cepat atau malam bisa dikatakan siang yang terlalu lambat. Dari struktur hirarki, spiritual diletakkn di tengah (tradisional) maka bagi mereka di dunia barat spiritual tidak favorit, yang menjadi favorit adalah powernow. Itulah yang bisa disebut ruang. Jadi, yang dimaksud ruang itu luas.
Kembali ke diri kita, maka siapa sebetulnya “dirimu”? Maka jawabannya tergantung ruangnya karena “dirimu” adalah tergantung dimana ruangnya. Ketika “dirimu” berada di tempat resepsi, maka “dirimu” sebagai tamu, tuan rumah, atau siapa. Di stdium sepak bola misalnya, maka dirimu itu adalah penonton, pemain, wasit atau yang lain. Secara material, maka dirimu itu kakimu, tanganmu, atau yang lain. Dalam bentuk Formal, maka dirimu adalah tulisanmu, ijazah, karya-karyamu, ktpmu, atau yang lain. Secara Normatif, dirimu itu pikiranmu. Maka sebenar-benar dirimu adalah pikiranmu. Jadi, jika kamu tidak berfikir maka secara filsafat kamu tidak ada disitu. Dari sisi Spiritual, maka dirimu adalah doa-doamu, amalan, dan ibadahmu. Jadi jika kamu dikatakan menembus ruang dan waktu, maka siapa dirimu yang menembus ruang dan waktu itu, dirimu adalah tergantung apakah materialnya, formalnya, normatif, atau spiritualnya.
Secara material, binatang, tumbuhan, bahkan batu pun menembus ruang dan waktu. Batu mengalami hari senin, selasa, dan seterusnya. Tertidur pun mampu menembus ruang dan waktu. Maka menembus ruang dan waktu itu berdimensi dan meliputi yang ada dan yang  mungkin ada.
Selanjutnya, “Bagaimana metode batu menembus ruang dan waktu?” Bahwa metodenya berada di dalam pikiran subjeknya. Jika batu permata di cincin, maka batu tersebut dapat menembus ruang dan waktu dari subjeknya. Secara filsafat, menembus ruang dan waktu perlu pemahaman tentang:
1.      Fenomenologi, yang merupakan karya cipta filsuf Husherr dan sebenarnya banyak digunakan orang matematika. Unsur dasarnya ada 2 yaitu abstraksi (terpilih/reduksi) dan idealisasi (menganggap sempurna).
Secara abstraksi, manusia kodratnya adalah terpilih bahkan sejak lahir.Dilihat dari sisi waktu, kita lahir di jaman kita, tidak ada di jaman rasul, atau jaman dinosaurus. Kita lahir dari rahim ibu kita, bukan ibu yang lain, artinya dalam hidup ini kita terpilih, maka hidup itu pilihan. Manusia tidak pernah melihat objek-objek dibelakangnya. Maka manusia tidak akan adil karena tidak akan bisa melihat objek di belakangnya. Manusia memilih apa yang dilihat. Itulah yang dimaksud reduksi. Maka filsafatnya adalah reduksionism.
Sebenar-benar manusia adalah reduksi karena manusia tidak bisa lepas dari memilih. Mulai dari berangkat ke kampus misalnya, kita memilih dimana kita mulai menginjakkan kaki hingga masuk ke dalam kelas. Kenapa tidak memilih di kelas lain atau memikirkan hal lain selain yang sedang dipikirkan saat ini , artinya bahwa ada hal-hal yang tidak difikirkan.
Oleh Husherr, segala yang tidak dipikirkan itu dibuatkan rumah Hepoke. Jadi, segala yang tidak kita pikirkan akan dimasukkan ke dalam rumah Hepoke. Misalnya, ketika kita belajar segitiga, kita tidak akan memikirkan harga anggur dan sebagainya.
Secara idealisme, manusia diciptakan secara sempurna, tetapi manusia mempunyai keterbatasan.
2.      Fondasionalism
Pada prinsipnya manusia adalah fondasionalism. Semua makhluk beragama adalah kaum fondasionalism karena semua orang beragama menetapkan Tuhan sebagai kausa prima yaitu sebab pertama dan utama. Tidak ada sesuatu itu ada tanpa ada sebabnya karena segala yang ada mempunyai fondamen atau permulaan. Jadi, seluruh matematikawan murni di perguruan tinggi adalah kaum fondasionalism karena mereka membangun konsep matematika dengan definisi. Orang yang membangun keluarga juga kaum fondalism dengan fondamennya adalah ijab qobul. Aku seorang fondasionalism, karena setiap mulai aktivitas aku mulai dengan berdoa.
3.      Antifondasionalism
Hakikat manusia adalah fondasionalism tetapi hal itu baru separohnya karena manusia mempunyai keterbatasan sehingga mereka tidak mampu mengenali permulaan. Kita tidak bisa mendefinisikan kapan pagi dimulai. Kita tidak bisa menentukan sejak kapan kita bisa membedakan besar dan kecil. Itulah yang dimaksud antifondasionalism. Itu tidak perlu definisi dan permulaan karena hal itu adalah intuisi. Orang tidak menyadari sesuatu itu dimengerti dan itulah ruhnya anak kecil karena mereka belajar dengan intuisi, bukan definisi. Selanjutnya antifondasionalism disebut intuisionism.
Untuk memahami bilangan dua, anak kecil tidak menggunakan definisi bahwa bilangan 2 adalah bilangan genap, prima, atau yanglain. Namun, anak memahami dua secara intuisi bahwa ia mengerti telinganya dua, kaki dan tangannya dua. Mengerti satu, karena anak mengerti hidung dan mulutnya satu, Tuhannya satu. Maka the problem of mathematics education dimulai dari tidak adanya intuisi dalam diri orang yang mengartikan sesuatu dengan definisi, bukan dengan intuisi untuk memahamkan sesuatu kepada anak.Intuisi dalam belajar matematika bagi anak adalah kegiatan yang konkrit karena definisi bagi mereka adalah contoh. Kesalahan yang terjadi bahwa guru tidak pernah menggali matematika dengan intuisi. Guru lebih mengajarkan matematika secara formal. Jadi, itulah pentingya intuisi. Maka mengapa terjadi korupsi, hal itu dikarenakan mereka telah kehilangan intuisi. Oleh karena itu, berfilsafat ini sebagai upaya untuk mengambil kemabali intuisi yang hilang.
Jadi, manusia itu fondasionalism sekaligus juga antifondalism sehingga manusia mempunyai rasa senang sekaligus juga sedih. Oleh karena itu, dikatakan bahwa hidup di dunia ini adalah kontradiksi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar