Telah dimengerti bahwa berfilsafat adalah olah pikir
yang bisa berarti olah pikir sendiri, olah pikir bersama-sama, olah pikir
bangsa indonesia, olah pikir bangsa-bangsa di dunia, olah pikir memikirkan
akhirat atau yang lain. Dalam berfilsafat kita harus menggunakan referensi
yaitu pikiran para filsuf. Oleh karena itu, berfilsafat yaitu memikirkan
pikiran para filsuf.
Selanjutnya,
macam-macam filsafat yang bergantung pada objeknya. Apabila objeknya berkaitan
dengan alam maka filsafatnya adalah filsafat alam. Objek yang berkaitan dengan
spiritual, maka filsafatnya spiritual atau filsafat ketuhanan. Filsafat juga
bergantung pada lokasi objeknya yang kemudian dalam berfilsafat ini dibagi
dalam 2 macam, yaitu di dalam dan di luar pikiran.
1)
di
dalam pikiran, yaitu ketika kita memejamkan mata. Kita bisa muembayangka
enda-benda nyata dalam pikiran kita. Filsafat ini sifatnya ideal yang dbawa
oleh Aristoteles, maka aliran filsafatnya adalah idealisme.
2)
di luar pikiran, artinya benda-benda yang kita
pikirkan ada di luar yang bisa diraba dan dilihat dengan indera manusia.
Sifatnya yaitu berubah, sesuai dengan aliran yang dibawa oleh Plato. Oleh
karena itu filsafat ini menghasilkan filsafat realisme.
Selanjutnya kita mengerti apabila objeknya satu
filsafatnya adalah monoism. Jika objeknya dua adalah dualism dan jika objeknya
banyak maka filsafatnya adalah pluralism. Jadi, dari macam objek, banyak objek,
karakteristik objek itulah yang kemudian memunculkan berbagai macam filsafat.
Segala yang ada dan yang mungkin ada itu sebenarnya
membawa rahmat bagi kita jika kita bisa menggaliya, sehingga kita harus
bersyukur dan berdoa.
Berkaitan dengan pemikiran tentang menembus ruang
dan waktu bahwa sebenarnya pikiran manusia terbatas oleh ruang dan waktu.
Berikut akan dibahas tentang “Manembus Ruang dan Waktu.”
Apa yang dimaksud dengan menembus ruang dan waktu? Menembus
ruang dan waktu artinya mengalami atau melakukan perubahan. Sebelum membahas
lebih dalam tentang menembus ruang dan waktu, kita perlu mengerti bahwa dalam belajar
filsafat seharusnya profesional artinya intensif sedalam-dalamnya dan ekstensif
seluas-luasnya.
Perlu dimengerti bahwa upaya untuk menembus ruang
dan waktu itu berdimensi. Jika ditanya: ”Siapa yang menembus ruang dan waktu”? berarti
jawabannya adalah subjeknya. Kemudian jika ditanya, “Siapa? Maka jawabannya
bisa dirimu, diriku, atau diri yang lain. Selanjutnya apabila ditanya, “Siapa
dirimu?” Maka dalam hal ini kita mempunyai dimensi ruang dan waktu.
Menurut Immanuel Kant, waktu ada 3 macam, yaitu
waktu yang berurutan, waktu yang berkelanjutan, dan waktu yang berkesatuan
artinya waktu tidak bisa dipisahkan. Dalam teorinya, terdapat dimensi 0,1,2,3,
dan seterusnya. Namun, dalam kenyataannya bahwa tempat yang kita tempati saat
ini juga disebut ruang. Ruang yang berada di bawah pengaruh pohon dapat disebut
ruang sehingga orang mangatakan ruang terbuka, ruang tertutup, ruang kosong,
ruang yang penuh, dan lain sebagainya. Kalau kita kembangkan dengan bahasa
analog, maka ruang itu adalah pikiranmu. Ruang meliputi yang ada dan yang
mungkin ada dan yang ada dan yang mungkin ada itu mempunyai ruangnya
masing-masing. Ruang terdiri dari wadah dan isi sehingga segala hal atau objek
yang ada dalam pikiran membutuhkan wadah dan isi. Tanpa wadah kita tidak bisa
menemukan isi, sebaliknya, tanpa isi kita tidak akan menemukan wadah.
Berhubungan dengan ruang dan waktu maka menembus ruang dan waktu meliputi wadah
dan isi. Jadi, ruang dan waktu akan selalu berkaitan.
Untuk bisa mengetahui ruang, maka kita harus mengetahui
waktu, begitu juga sebaliknya. Untuk mengetahui waktu maka kita harus menggunakan
waktu. Kita dapat memahami ruang karena kita mempunyai intuisi. Penggunaan definisi
hanya untuk membantu.
Selanjutnya tentang “Siapa dirimu?” Kita mempunyai
ruang yang dapat disebut ruang imaginer. Secara hierarki ada 4 ruang yaitu
ruang material (bentuk fisik), formal (ditulis secara resmi), normatif
(ilmunya), dan spiritual.
Orang yang berilmu adalah orang yang sesuai dengan
ruang dan waktu, artinya bisa menempatkan diri kapan dan dimana ia bersikap.
Misalnya seseorang yang ber-khutbah. Ia akan menempatkan kapan dan dimana ia
ber-khutbah, artinya khutbah ada ruang spiritualnya. Kalau kita akan spiritual
maka bentuk materialnya adalah menyucikan karena Tuhan itu suci. Maka sebelum
sholat dibersihkan dulu dengan wudhu. Beramal, beribadah, sholat dimaksudkan sebagai
alat untuk membersihkan diri karena ternyata perlu membersihkan dosa-dosa juga.
Itulah yg dimaksud dengan ruang. Begitu pula dalam bidang politik, ada ruang politik,
ruang DPR, ruang PNS, ruang pemerintahan, dan lain-lain. Jadi, yang ada dan yang
mungkin ada sebenarnya adalah ruang.
Kita bisa menciptakan ruang lagi, mencari ruang yang
sudah ada, atau menciptakan ruang yang lain. Ruang di bumi, ruang di akhirat,
ruang dimensi 0, ruang dimensi1, ruang dimensi 2 dan sebagainya. Selanjutnya,
“Bagaimana memahami ruang dimensi 0, rung dimensi 1?” Hanya orang dewasa ,
orang terdidik yang mampu memahami. Anak-anak tidak akan mampu memahami karena
untuk memahami sesuatu, anak-anak tidak menggunakan cara intuisi tetapi sudah
menggunakan bentuk-bentuk formal. Ia mengerti ruang dimensi 1 karena ia
mempunyai ruang dimensi 2. Ia mengerti ruang dimensi 2 karena ia mempunyai
ruang dimensi 3. Secara umum, orang mengatakan ruang dimensi 3 sebagai bangun ruang,
sedangkan ruang dimensi 2 dikatakan sebagai benda datar. Dengan demikian, kita
bisa membayangkan seperti apa ruang dimensi 2 maupun ruang dimensi 3. Bagi orang matematika akan sangat mudah
membuat ruang dimensi –n, tapi bagi orang awam akan sulit membayangkan seperti
apa ruang dimensi-n.
Jika diekstensikan lagi dengan bahasa analog, kita mempunyai
ruang yaitu ruangnya kaum kapitalis dan juga ruangnya powernow. Secara hierarkis,
terdiri dari ruang arkaikh, ruang tribal, ruang tradisional, ruang feodal, ruang
modern, ruang postmodern,pospos modern/ruang kapitalism/ power now. Kita harus
mampu menempatkan diri dalam ruang dan waktu. Itulah pentingnya sopan dan
santun terhadap ruang karena sopan dan santun terhadap sesuatu artinya kita
peduli terhadap ruang dan waktu terhadap diri kita. Itulah sebabnya orang yang
berilmu yaitu orang yang sopan dan santun terhadap ilmu. Jadi, orang yang
berilmu matematika,yaitu orang yang sopan dan santun terhadap yang ada dan yang
mungkin ada di dalam pendidikan matematika. Santun berarti mengerti,
menghayati, mengamalkan, mengimplementasikan dan juga merefleksikan.
Dalam berfilsafat, kita berada dalam sistim yaitu
dalam menempatkan spiritual di tempat yang tertinggi. Namun di sisi lain, kita
menghadapi globalisasi yang tak lain adalah Powernow/Kapitalism
(segala sesuatu diukur dari laju ekonomi), Utilitarian
(diukur dari sisi manfaat tetapi sayangnya utilitarian ini parsial sehingga
bermanfaat hanya pada satu sisi), Pragmatism
(instan/budaya cepat), Hedonism (memilah-milah dan orang hanya
mengejar rasa senang sehingga lupa dengan norma-norma agama). Agar kita
terhindar dari hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan merugikan diri kita,
maka penting bagi kita untuk hidup beragama.
Dalam kehidupan kita tidak bisa lepas dari powernow.
Kerja dari powernow termasuk juga peran teknologi yang menjalar di berbagai
segi kehidupan. Ibarat siang dan malam, kita tidak bisa memisahkan karena kita
tidak mengerti batas atara malam dan siang. Siang bisa dikatakan malam yang
terlalu cepat atau malam bisa dikatakan siang yang terlalu lambat. Dari
struktur hirarki, spiritual diletakkn di tengah (tradisional) maka bagi mereka di
dunia barat spiritual tidak favorit, yang menjadi favorit adalah powernow.
Itulah yang bisa disebut ruang. Jadi, yang dimaksud ruang itu luas.
Kembali ke diri kita, maka siapa sebetulnya “dirimu”?
Maka jawabannya tergantung ruangnya karena “dirimu” adalah tergantung dimana
ruangnya. Ketika “dirimu” berada di tempat resepsi, maka “dirimu” sebagai tamu,
tuan rumah, atau siapa. Di stdium sepak bola misalnya, maka dirimu itu adalah penonton,
pemain, wasit atau yang lain. Secara material, maka dirimu itu kakimu,
tanganmu, atau yang lain. Dalam bentuk Formal, maka dirimu adalah tulisanmu,
ijazah, karya-karyamu, ktpmu, atau yang lain. Secara Normatif, dirimu itu
pikiranmu. Maka sebenar-benar dirimu adalah pikiranmu. Jadi, jika kamu tidak
berfikir maka secara filsafat kamu tidak ada disitu. Dari sisi Spiritual, maka
dirimu adalah doa-doamu, amalan, dan ibadahmu. Jadi jika kamu dikatakan
menembus ruang dan waktu, maka siapa dirimu yang menembus ruang dan waktu itu, dirimu
adalah tergantung apakah materialnya, formalnya, normatif, atau spiritualnya.
Secara material, binatang, tumbuhan, bahkan batu pun
menembus ruang dan waktu. Batu mengalami hari senin, selasa, dan seterusnya. Tertidur
pun mampu menembus ruang dan waktu. Maka menembus ruang dan waktu itu
berdimensi dan meliputi yang ada dan yang
mungkin ada.
Selanjutnya, “Bagaimana metode batu menembus ruang
dan waktu?” Bahwa metodenya berada di dalam pikiran subjeknya. Jika batu
permata di cincin, maka batu tersebut dapat menembus ruang dan waktu dari
subjeknya. Secara filsafat, menembus ruang dan waktu perlu pemahaman tentang:
1.
Fenomenologi,
yang merupakan karya cipta filsuf Husherr dan sebenarnya banyak digunakan orang
matematika. Unsur dasarnya ada 2 yaitu abstraksi (terpilih/reduksi) dan
idealisasi (menganggap sempurna).
Secara abstraksi, manusia
kodratnya adalah terpilih bahkan sejak lahir.Dilihat dari sisi waktu, kita
lahir di jaman kita, tidak ada di jaman rasul, atau jaman dinosaurus. Kita
lahir dari rahim ibu kita, bukan ibu yang lain, artinya dalam hidup ini kita
terpilih, maka hidup itu pilihan. Manusia tidak pernah melihat objek-objek
dibelakangnya. Maka manusia tidak akan adil karena tidak akan bisa melihat
objek di belakangnya. Manusia memilih apa yang dilihat. Itulah yang dimaksud
reduksi. Maka filsafatnya adalah reduksionism.
Sebenar-benar manusia adalah
reduksi karena manusia tidak bisa lepas dari memilih. Mulai dari berangkat ke
kampus misalnya, kita memilih dimana kita mulai menginjakkan kaki hingga masuk
ke dalam kelas. Kenapa tidak memilih di kelas lain atau memikirkan hal lain
selain yang sedang dipikirkan saat ini , artinya bahwa ada hal-hal yang tidak
difikirkan.
Oleh Husherr, segala yang tidak
dipikirkan itu dibuatkan rumah Hepoke. Jadi, segala yang tidak kita pikirkan
akan dimasukkan ke dalam rumah Hepoke. Misalnya, ketika kita belajar segitiga,
kita tidak akan memikirkan harga anggur dan sebagainya.
Secara idealisme, manusia
diciptakan secara sempurna, tetapi manusia mempunyai keterbatasan.
2.
Fondasionalism
Pada prinsipnya manusia adalah
fondasionalism. Semua makhluk beragama adalah kaum fondasionalism karena semua
orang beragama menetapkan Tuhan sebagai kausa prima yaitu sebab pertama dan
utama. Tidak ada sesuatu itu ada tanpa ada sebabnya karena segala yang ada
mempunyai fondamen atau permulaan. Jadi, seluruh matematikawan murni di
perguruan tinggi adalah kaum fondasionalism karena mereka membangun konsep matematika
dengan definisi. Orang yang membangun keluarga juga kaum fondalism dengan
fondamennya adalah ijab qobul. Aku seorang fondasionalism, karena setiap mulai
aktivitas aku mulai dengan berdoa.
3.
Antifondasionalism
Hakikat manusia adalah
fondasionalism tetapi hal itu baru separohnya karena manusia mempunyai
keterbatasan sehingga mereka tidak mampu mengenali permulaan. Kita tidak bisa
mendefinisikan kapan pagi dimulai. Kita tidak bisa menentukan sejak kapan kita
bisa membedakan besar dan kecil. Itulah yang dimaksud antifondasionalism. Itu
tidak perlu definisi dan permulaan karena hal itu adalah intuisi. Orang tidak
menyadari sesuatu itu dimengerti dan itulah ruhnya anak kecil karena mereka
belajar dengan intuisi, bukan definisi. Selanjutnya antifondasionalism disebut
intuisionism.
Untuk memahami bilangan dua, anak
kecil tidak menggunakan definisi bahwa bilangan 2 adalah bilangan genap, prima,
atau yanglain. Namun, anak memahami dua secara intuisi bahwa ia mengerti telinganya
dua, kaki dan tangannya dua. Mengerti satu, karena anak mengerti hidung dan mulutnya
satu, Tuhannya satu. Maka the problem of mathematics education dimulai dari
tidak adanya intuisi dalam diri orang yang mengartikan sesuatu dengan definisi,
bukan dengan intuisi untuk memahamkan sesuatu kepada anak.Intuisi dalam belajar
matematika bagi anak adalah kegiatan yang konkrit karena definisi bagi mereka
adalah contoh. Kesalahan yang terjadi bahwa guru tidak pernah menggali
matematika dengan intuisi. Guru lebih mengajarkan matematika secara formal.
Jadi, itulah pentingya intuisi. Maka mengapa terjadi korupsi, hal itu
dikarenakan mereka telah kehilangan intuisi. Oleh karena itu, berfilsafat ini
sebagai upaya untuk mengambil kemabali intuisi yang hilang.
Jadi, manusia itu fondasionalism
sekaligus juga antifondalism sehingga manusia mempunyai rasa senang sekaligus
juga sedih. Oleh karena itu, dikatakan bahwa hidup di dunia ini adalah
kontradiksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar