Rabu, 05 Desember 2012

Mitos dan Intuisi

Filsafat bertransformir secara makro dan mikro. Secara makro berarti universal dan secara mikro berarti apa yang terjadi di dalam diri kita. Ketika orang Yunani mengalahkan mitos-mitos sebenarnya hal itu juga terkait dengan diri kita sesuai dengan ruang dan waktu. Orang Yunani dewasa yang membongkar mitos. Jangan dianggap mitos tidak ada manfaatnya. Justru mitos ini bermanfaat bagi anak-anak. Anak kecil dalam belajar segala sesuatu menggunakan mitos. Ia tidak mengerti artinya, tetapi melakukannya. Hampir 90% anak belajar dari mitos dan ia belum memikirkannya.
 Mitos bisa dimengerti bahwa seorang anak tidak akan memikirkan sesuatu yang akan terjadi jika ia melakukan sesuatu. Anak hanya melakukan apa yang ia lakukan tanpa memikirkan akibat dan risiko yang terjadi. Misalnya, ketika melihat api, anak bisa jadi mengingikan untuk memegangnya, ia melakukan tetapi tidak akan memikirkan bahwa jika ia melakukan tangannya akan terbakar. Sholat misalnya, bagi anak itu juga mitos. Anak kecil yang belum mengerti makna sholat, tetapi ia ikut melakukan sholat sekalipun belum mengerti bahwa dalam sholat terdapat nilai ibadahnya. Sama halnya dengan orang Yunani, di dalamnya juga terdapat banyak mitos. Siswa pun juga belajar dengan mitos. Ketika belajar pythagoras misalnya, siswa juga bisa menggunakan mitos pythagoras dalam menemukan sisi miring segitiga siku-siku.

Mitos sebenarnya berkaitan dengan intuisi sehingga intuisi merupakan the fondation. Iintuisi ini sangat berperan dalam hidup kita dan dengan intuisi kita akan sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Dengan sopan dan santun ini maka hal itu akan mengantarkan kita pada kebaikan. Intuisi yang terbangun dalam diri kita dalam kaitannya dengan sopan dan santun terhadap ruang dan waktu, maka kita akan bisa menempatkan diri, atau bagaima bersikap yang seharusnya. Itulah yang membawa kita dalam berinteraksi yang baik terhadap lingkungan sekitar.

Intuisi terhadap waktu juga penting dalam kehidupan kita. Ketika kita bepergian misalnya, terkadang kita kehilangan arah. Ketika kita tidak mengerti arah di suatu tempat, artinya kita telah kehilangan intuisi ruang. Sama halnya dengan waktu. Orang Indonesia akan bisa mengandalkan intuisi dalam mengenali waktu. Mulai dari terbit fajar, kemudian siang hari, lalu sore, dan dilanjutkan malam hari. Namun, ketika ia berada di daerah lain yang hanya mengenal dua musim, maka intuisi waktu akan berbeda dan itu membuat seseorang tersebut kehilangan intuisi waktu.

Berkaitan dengan intuisi ini, kita tidak mengerti saat kapan sesuatu itu kita pahami. Misalnya, kita bisa memahami perbadaan antara besar dan kecil, tetapi apakah kita tahu sejak kapan hal itu kita mengerti? Itulah peran intuisi dalam kehidupan. Begitu pentingnya intuisi, maka dalam kehidupan manusia butuh berinteraksi terhadap ruang dan waktunya.
 
Intuisi diperoleh dari aktivitas/kegiatan, begitu pula dengan mitos.Dengan demikian, matematika sekolah didefinisikan sebagai kegiatan investigasi, komunikasi, dan kegiatan lain yang mendorong sisiwa untuk terus beraktivitas sehingga matematika akan dengan sendirinya berkembang dalam diri siswa secara alami. Pendekatan pembelajaran yang mampu membangun intuisi matematika adalah kontraktivism dan realistik mathematics education. Hal ini berarti matematika sekolah sebagai upaya untuk membangun intuisi dalam diri siswa. Sebagai guru yang baik, maka ia tidak akan mencabut intuisi siswa dengan menghambat proses belajar yang tidak menekankan pada kegiatan siswa.

Source: Kuliah Filsafat with Pak Marsigit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar